Minggu, 13 Desember 2009

MENDIDIK ANAK ADALAH SEBUAH KARIR

Judul diatas saya dapatkan ketika di kota saya sedang dilaksanakan seminar tentang Keluarga Sakinah, dengan pembicara bunda Astri Ivo. Memang sih sebenarnya saya nggak datang ke seminar itu hi..hi.., lebih tepatnya saya hanya membaca makalahnya saja sedangkan yang menghadiri seminar tersebut adalah saudara saya.
Terus terang saya sangat tertarik untuk memikirkan dan merenung lebih jauh lagi bahwa mendidik anak adalah sebuah karir, yang saya tahu selama ini istilah karir bagi seorang wanita hanyalah karir dalam pekerjaan, karir dalam jabatan, dan karir dalam sosial kemasyarakatan. Tak terbersit sedikitpun bahwa istilah karir itu ternyata bisa dipakai dalam rumah tangga.

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa saat ini banyak wanita yang ingin menjadi wanita karir. Alasan mereka bermacam-macam, ada yang ingin membantu suaminya tuk mencari penghasillan tambahan, ada yang ingin memanfaatkan gelar pendidikan yang telah diraihnya dengan susah payah, ada yang karena bosan di rumah karena tidak ada kegiatan lain selain "mengurus rumah tangga" dan lain-lain. Dan ketika seorang wanita telah memutuskan tuk menjadi wanita karir, maka saat itu juga ia telah siap dengan berbagai konsekuensi yang bakal diterimanya, termasuk membagi waktu antara pekerjaan, suami dan anak. Inginnya sih bisa seimbang antara karir dan rumah tangga. Tapi prakteknya selama ini akhirnya anaknyalah yang akhirnya dinomorduakan. Dan sebagian dari mereka menganggap bahwa ketika anak sudah mendapatkan pendidikan yang bonafide, pendidikan yang mahal (kalau perlu sekolah yang bermutu internasianal) maka mereka tak perlu lagi bersusah payah mengajarinya di rumah. Dengan kata lain buat apa saya repot-repot ngajarinnya lagi kan udah sama gurunya disekolah, saya aja banyak pekerjaan dikantor.

Saya sangat tidak setuju jika pendidikan anak hanya tertuju pada pendidikan formal dan informal seperti sekolah-sekolah, kursus-kursus ataupun yang semacamnya. Justru pendidikan anak yang jauh lebih mengena adalah ketika kita sebagai seorang ibu, berkenan mendidik anaknya di rumah juga, karena pendidikan dirumah bisa diberikan kepada anak-anak kita sejak usia dini dengan penuh rasa kasih sayang, seperti mengajari mengaji, wudhu dan sholat, mengajari cara bersopan santun terhadap orang lain, mengajari cara menyelesaikan masalah secara sederhana, dan lain sebagainya.
Pada minggu-minggu yang lalu, ustadzah-nya Nina (anak saya yang baru berumur 3,5 tahun), sharing kepada saya, beliau mengatakan begini, "Waah bun, mba Nina hebat loh kalo' ngaji disekolah lancar sekali, trus do'a-do'a juga cepat hafal, sepertinya si Nina ini cepat sekali menyerap pelajaran ya bu, begitu diajarin eh, langsung bisa".
Namun saya tidak langsung mengiyakan bahwa anak saya memiliki daya serap yang bagus, karena setiap sehabis sholat maghrib saya rutin mengajarinya mengaji Iqro, kalo' disekolah ia sampai jilid 1 dan ustazahnya mengatakan kalo membacanya lancar sekali, saya rasa itu sangat wajar ya, lha wong di rumah ia sudah sampai iqro 2. Kalau disekolah dia cepat menyerap hafalan do'a itu juga sangat wajar, karena di rumah ia sudah hafal duluan..hi..hi...
Mengajari anak di rumah bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, butuh kesabaran dan ketekunan yang tinggi agar anak kita tidak mudah bosan, tidak merasa terpaksa dan mau mendengarkan apa yang telah kita ajarkan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mood si kecil ini seperti, apakah dia sedang lapar, sedih, sakit atau bahkan dia sedang bermain dengan teman-temannya. Hal-hal seperti itu mau tidak mau harus tetap kita perhatikan kalau tidak, bukan pelajaran yang didapat justru yang ada si anak malah marah-marah.

Tapi percayalah ibu, kalau semua itu kita lakukan dengan ikhlas, dengan senang hati dan dilakukan secara kontinu, bukanlah hal yang sulit kalo' akhirnya anak kita sendiri-lah yang minta diajarin oleh kita, bukan atas paksaan kita. Tentunya sebagai orangtua kita juga harus memberi keteladanan terlebih dahulu. Bagaimana ibu, do you agree with me? ok, deh kalo' gitu sekarang kita praktekin ya.....Bismillahirrohmanirrohiim.

Minggu, 06 Desember 2009

CARA MENGATASI STRESS, (versi gue geeto loh..)

Ini adalah cara saya sendiri bagaimana mengatasi stres secara sederhana :

  1. Bermain dengan anak-anak

    Anak-anak adalah hiburan yang menyenangkan kala kita tertimpa masalah. Bermain dengan anak berarti ikut terlibat dalam aktivitas anak seperti menggambar, coret-coret buku, atau nonton VCD pengetahuan. yah pokoknya gaul dengan anak-anak deh, he....

  2. Bernyanyi

    Nah, sekarang bagaimana jika sumber stres-nya dari anak-anak? misal anak yang tak penurut atau malah sedang sakit, kita bisa mengambil alternatif lain yaitu dengan menyanyikan lagu yang kita sukai. Tak perlu harus keras-keras sampai pake' mike segala, yang penting suara kita bisa terdengar sendiri, dan anggaplah suara kita adalah suara yang paling merdu di dunia.

  3. Jalan-jalan

    Pergi keluar sebentar dapat membuat pikiran kita lebih fresh, tak perlu jauh-jauh sampai harus keluar kota segala apalagi kalo' budget kita lagi tipis. Pergi ke pasar atau ke toko buku cukup bisa mengalihkan perhatian kita sebentar pada masalah yang sedang kita alami.

    So, ketika pulang pikiran bisa lebih jernih lagi, kan....

  4. Menyantap makanan yang kita sukai

    Makan buah-buahan segar atau minum susu membuat tubuh kita lebih rileks.

  5. Nah, kalo' dari empat tahap tersebut pikiran kita masih stress juga, ada kemungkinan kalau iman kita sedang down, so nggak bisa memfilter permasalahan yang sedang datang mendera, atau juga masalah kita sudah termasuk dalam kategori heavy . Satu-satunya jalan mengatasinya adalah dengan segera mengambil air wudhu, lalu melaksanakan shalat sunat 2 rakaat, nah setelah itu kita bisa meneruskannya dengan membaca al'quran dan mendalami maknanya, lalu ditutup dengan do'a kepada Allah dan istighfar sebanyak-banyaknya, curahkan semua permasalahan kita kepadanya, kekesalan kita, rasa sakit kita, rasa marah kita, rasa kecewa kita, pasrahkan semuanya. Sampai akhirnya kita bisa mengambil kesimpulan bahwa, Allah tidak akan memberi ujian kepada kita jika kita tak sanggup menjalaninya. Kehidupan di dunia ini hanya sementara, yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan amal kita untuk bekal di akherat nanti.

OK, itu tips mengatasi stres versi saya, now how about you, would you like to follow me?

MENJADI IBU RUMAH TANGGA BERKUALITAS

jika dulu orangtua kita, begitu apresiatif terhadap anak perempuannya dengan mengatakan bahwa seorang anak perempuan tidak perlu disekolahkan tinggi-tinggi, mengingat nantinya hanya berkutat pada seputar pekerjaan rumah tangga (orang jawa bilang dapur, sumur dan kasur). Menurut saya jika diterapkan di zaman sekarang ini tidaklah cocok, karena permasalahan yang kita hadapi sekarang ini lebih kompleks, salah satu contoh adalah mendidik anak-anak kita. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan yang tinggi untuk membentengi anak-anak kita dari derasnya arus pergaulan yang cenderung banyak negatifnya. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi yang diagung-agungkan selama ini juga membawa pengaruh buruk pada anak-anak kita, misalnya saja siaran televisi dan Internet, jika kita tak pandai-pandai memantau anak kita maka jangan disalahkan jika akhirnya anak kita menjadi korbannya.

Itu baru satu aspek yang harus dikuasai oleh para ibu di zaman sekarang, ada sederet masalah lain lagi yang juga harus dikuasai si supermom ini, seperti misalnya bagaimana melayani suami dengan baik (jika perlu membantu meringankan pekerjaannya), bagaimana mengurus rumah agar tetap terlihat bersih, rapi, sejuk dan menyenangkan, bagaimana bisa menjadi telaga yang menentramkan kala anak dan suami tertimpa masalah dan yang paling penting adalah bagaimana menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya dengan hanya mengharap Ridho dari Allah semata. Sedangkan terkadang iman kita tak selalu stabil, naik turun tak menentu.

Disamping itu, rutinitas kegiatan sehari-hari terkadang membuat kita jenuh, pekerjaan yang tak ada habisnya dari bangun tidur sampai tidur lagi, dari mulai bersih-bersih rumah, cuci baju, memasak sampai mengurus suami dan anak, yah pokoknya 24 jam non stop lah. Jika kita tak pintar-pintar memenej waktu, bisa jadi kita yang akan jadi santapan makan siang “sang waktu” tersebut.

Sayidina Ali r.a mengatakan, “Didiklah anakmu sesuai dengan Zamannya”. Untuk bisa terus eksis mengikuti perkembangan zaman kita juga harus mempunyai ilmu dan pengetahuan yang labih dari zaman-zaman sebelumnya atau zaman kita dahulu. Yah, kalau dulu standarnya SD, paling nggak sekarang minimal SLTA. Itupun juga harus diimbangi dengan akhlaq dan budi pekerti yang tinggi.

Jadi kesimpulannya, sekolah tinggi bagi seorang wanita itu sangatlah perlu, for what? Untuk menyiapkan generasi penerus negeri ini yang sarat dengan Iman, Islam, cerdas hati dan cerdas pikir, berbudi pekerti yang baik dan memiliki daya integritas yang tinggi.

Senin, 30 November 2009

RINDU ILAHI

Ketika jemariku tengah merangkai kata
Ketika sepasang mataku tengah menatap lepas
Ketika hirup nafasku kian memburu
Ketika ciptaku tertuju pada-Mu
Ketika rasaku kian membuncah dalam kalbu

Aku mengingat-Mu ya Rabbi
Aku merindu-Mu ya Rahman
Aku mengharap-Mu ya Rokhim
Dekatkanlah aku dengan-Mu ya 'Aziz

sesungguhnya, aku takut....

Jika aku dekat dengan-Mu
Lalu Kau pasti kan mengujiku
sedang jika aku tak lulus, tak sanggup
Kau kan menjauh dariku....

Allah,

Ampuni aku....
Bimbing hambamu tuk selalu dalam petunjuk-Mu
Tuntun langkahku tuk selalu dalam jalan-Mu
Lindungi aku dalam setiap denyut nadiku
Jadikanku selalu dalam dekap Ridho-Mu


Sabtu, 28 November 2009

Secangkir Teh

Alhamdulillah, waaah setelah menunggu sekian lama, akhirnya jadi terbit juga blog saya yang baru, yang pastinya masih penuh dengan keterbatasan disana-sini, but it's not problem, karena saya akan terus berusaha tuk memperbaiki semuanya, baik dari segi lay out, pengaturan dan yang terpenting isinya.

Oh iya, thank's a lot for my husband, sebab karena dirimu-lah semua keinginan terpendamku selama ini bisa tercapai (cei...le..), yah paling nggak blog ini akan kujadikan sebagai ajang tuk mengeluarkan sederet uneg-uneg, rasa simpati, happy bahkan sampai instrospeksi diri. Tapi ya itu karena udah ibu-ibu, so, tuk menyisihkan waktu luang hanya tuk sekedar ngetik beberapa buah kata kok ya susye... amat ya (amat aja nggak susah, ya mat.. he...he..). Dari yang melayani kebutuhan suami, ngurus anak, melakukan pekerjaan rumah tangga hingga bantu suami mengurus toko kami (walau cuma 1/2 hari sih..he....), maklum kagak ada yang ngebantuin di rumah sih, tau sendiri kan dijaman seperti ini cari pembantu rumah tangga yang cocok di hati dan nyaman di kantong tuh nggak mudah (emang barang dagangan nyaman di kantong, hi...hi.....), jadi ya biarkanlah seperti air yang mengalir, mengerjakan sendiri sebisa-bisanya yang penting jadinya rapi ya...(eh, kagak nyambung ya......, ah EGP-lah).

Yaah, akhirnya hanya semangat tuk berusaha menjadi lebih baiklah yang bisa membuat blog saya akan terus eksis ditengah kemajuan teknologi yang serba canggih ini dan semoga Allahu Rabbi selalu meridhoi langkahku ini agar bisa terus berbagi dan bisa berarti di segala lini. Oke... tetap semangat, semangat, semangat dan hidup blogger Indonesia .........!!!!

Dialog Senja Hari

"Nina, ngaji dulu yuk sayang ?", kataku (sambil memelas penuh harap)
"Nggak mauuuu....? kata nina, gadis kecilku yang baru berumur 3,5 tahun.
"Eh, anak sholehah kalo' mau ngaji nanti dapat pahala loh, trus disayang Allah pula, disayang malaikat, dan nggak jadi temennya setan deh......" yuk ngaji nak..."
"Nggak mau, nina nggak mau ngajii...!!!!" teriaknya.

Hhh..., itulah dialog yang selalu kami ulangi ketika adzan Maghrib selesai dikumandangkan. Dialog yang selalu berakhir dengan tarikan napas pasrahku, dialog yang membuatku tersenyum masam dan dialog yang selalu ingin kurubah dengan ending yang menyenangkan dengan jawaban "ya".

Namun, aku sebisa mungkin untuk tidak marah atau kecewa dengan kejadian yang selalu berulang itu. Setelah jurus merayuku tak berhasil akupun segera pergi mengaji sendiri, mengeja huruf demi huruf hijaiyah hingga terangkai menjadi ayat demi ayat. Setelah kira-kira 2 atau 3 lembar akupun mengakhirinya dengan membaca maknanya satu persatu, sambil tak lupa aku memohon kepada-Nya agar dibukakan pintu hati anakku tuk selalu bisa menerima hidayah-Nya. Dan kejadian itu selalu terulang berhari-hari bahkan berminggu-minggu.

Hingga pada suatu hari....
"Ibu Nina mau ngaji sekarang bu..."
"What....!! , Apa sayang, coba diulangi lagi ya....?"(nggak sale neh, pikirku dengan sejuta tanda tanya)"
"Nina mau ngaji kayak ibu, diajarin ibu ya bu..." kata si 3 tahun-ku,
"Okey sayang, eh tapi ibu boleh tau nggak, kenapa sih nina tiba-tiba mau ngaji biasanya kan kalo' disuruh ngaji nina nggak mau...."
"Ya... ibu kan juga ngaji terus, masa nina nggak, kan biar disayang sama Allah......"
"Ooo gitu ya, Subhanalloh..... anak ibu pinter, anak ibu hebat....kalo gitu kita mulai saja sekarang ngajinya ya sayang..."

"Bismillahirrohmanirrohim....."

Ya begitulah, akhirnya ending yang kuharapkan terjadi juga, meskipun aku harus menunggu dalam waktu yang tak sebentar. tapi dari kejadian itu juga aku bisa mengambil pelajaran kalo' kita mau mengajak anak untuk berbuat baik kita juga harus memulainya terlebih dahulu dengan terus menerus, nggak asal nyuruh-nyuruh trus kitanya malah nonton TV atau sambil melakukan kegiatan yang lain.

Dan Alhamdulilllah hingga saat ini gadis kecilku udah lulus Iqra, jilid 1. he...he....